TEGUCIGALPA-Pemilihan presiden Honduras, Sabtu (29-11) waktu setempat, digelar untuk mengakhiri krisis politik yang telah berlangsung lima bulan di negeri itu pascakudeta terhadap Presiden Manuel Zelaya.
Namun pemilu tersebut dibayang-bayangi penolakan terhadap hasil pemilu oleh masyarakat internasional.
Lebih dari 5.000 tempat pemungutan suara termasuk enam TPS di Amerika Serikat bagi sekitar 1 juta imigran Honduras dibuka pukul 07.00 (20.00 WIB).
Zelaya maupun penjabat presiden saat ini Roberto Micheletti, yang diangkat Kongres negeri itu, tidak ikut bertarung. Dua tokoh yang bertarung dalam pemilihan ini adalah Porfirio Lobo dan Elvin Santos, dua pengusaha sukses yang dibekingi partai-partai politik kuat.
Kedua kandidat menolak membahas krisis saat ini. Sebaliknya, mereka mencoba meyakinkan rakyat negeri itu bahwa pemilu akan membawa negeri itu keluar dari krisis. "Kita harus melepas perbedaan dan konflik yang telah memecah belah kita," ujar Lobo yang diusung Partai Nasional, Sabtu (28-11).
Dalam jajak pendapat oleh CID-Gallup Oktober lalu, Lobo unggul 16 poin dari Santos, yang berasal dari Partai Liberal, partainya Zelaya maupun Micheletti.
Sebelumnya Zelaya menegaskan tidak mengakui pemilu ini.
Presiden terguling itu menyerukan pada pendukungnya untuk memboikot pemilu. Ia berharap banyaknya warga yang memboikot pemilu bisa menghancurkan kredibilitas pemerintahan mendatang sehingga masyarakat internasional tidak mengakuinya.
Sebaliknya Micheletti menyatakan pemilu ini bisa menjadi tiket untuk menarik kembali bantuan asing dan mengakhiri isolasi internasional yang diberlakukan sejak kudeta 28 Juni lalu.
Amerika Serikat yang semula mendesak pemulihan kekuasaan Zelaya mengatakan "pemilu ini merupakan langkah demokratis bagi rakyat Honduras setelah perundingan pencarian solusi bagi krisis itu gagal".
Sedangkan negara-negara Amerika Latin termasuk Brasil dan Venezuela menegaskan akan menolak hasil pemilu.
Adapun organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) dan PBB telah menolak mengirim misi pengamat ke pemilu Honduras kali ini
Posting Komentar
Disclaimer : Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi SUARAPUBLIC. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan