SUARAPUBLIC - Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengatakan, Indonesia saat ini dilanda fenomena demagog dalam demokrasi. Demagog adalah pemimpin yang banyak memberikan janji-janji agar dapat berkuasa. Contohnya janji-janji yang diucapkan pada saat pemilu-pemilu di Indonesia.
Mahfud mengungkapkan hal ini, dalam orasi menerima anugerah People of The Year 2009, Jumat (29/1/2010) malam. "Pada pemilu-pemilu lalu bermunculan para demagog dan pemain-pemain politik baru. Mereka banyak berteriak dan berjanji. Padahal, mereka tidak tahu problem negara dan rakyat sesungguhnya, apalagi cara mengatasinya," ujarnya.
Mahfud menambahkan, para demagog menebar janji untuk membangun kemakmuran rakyat, menggratiskan pendidikan, menjamin pengobatan, dan segala hal yang dibutuhkan rakyat asal dipilih dalam pemilihan. Tapi, setelah terpilih dalam jabatan politik tertentu, mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Malah mengkhianati rakyat.
Keadaan demikian, katanya, membuat demokrasi yang secara kasat mata tampak mekar mengalami stagnasi. Demokrasi menjadi tidak ideal karena sering membiarkan rakyat dan negara dikangkangi oleh para demagog.
Hal paling mengerikan dari demokrasi kaum demagog adalah terbentuknya pemerintahan yang terdiri dari orang-orang yang tidak layak memerintah. Kumpulan elite dari hasil pemilu demokratis yang gagal menjalankan amanat konstitusi dan janji-janji saat kampanye sehingga gagap menjalankan roda pemerintahan.
Menurut Mahfud, nama yang tepat untuk fenomena ini adalah demokrasi yang cacat alias defective democracy. Demokrasi yang cacat cuma mampu membangun mekanisme atau tata cara demokratis., tetapi ia gagal mengatasi berbagai persoalan pokok rakyatnya, seperti penyejahteraan dan pemakmuran.(*)
DISTRIBUTOR ARMOURA OBAT KECANTIKAN DAN DIET MENCERAHKAN KULIT COLLAGEN DAN
PLUM ORIGINAL ORIGINAL RESMI
-
Agen resmi armoura ramuan pelangsing badan mencegah penuaan dini collagen
dan plum original. Armoura minuman pelangsing dan kecantikan dan pemutih
wajah ...
Posting Komentar
Disclaimer : Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi SUARAPUBLIC. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan