(SUARAPUBLIC)-Langkah hukum yang dilakukan Pemred Jurnal Nasional (Jurnas), Ramadhan Pohan, terhadap penulis buku 'Membongkar Gurita Cikeas' George Junus Aditjondro dinilai sebagai sebuah skenario.
"Jangan-jangan ini sudah diskenariokan," kata Aditjondro dalam keterangan persnya usai peluncuran bukunya di Doekoen Cafe, Jakarta, kemarin.
Doktor lulusan Australia itu bahkan menuding, kader Partai Demokrat tersebut secara sengaja mengalihkan isu atas polemik bukunya ke peristiwa pemukulan. Karena itu, Aditjondro, menilai langkah hukum yang ditempuh Pohan, yang melaporkannya ke Polda Metro Jaya dianggap terlalu berlebihan.
Seperti diketahui, pemukulan ini terjadi di sela-sela peluncuran buku Aditjondro di 'Doekoen Coffee', Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (30/12). Sekitar pukul 13.00 WIB, Ramadhan Pohan keluar dari 'Doekoen Coffee'. "Gua dipukul sama George Aditjondro," katanya singkat.
Melihat Ramadhan Pohan keluar dengan luka memar di atas hidung, para wartawan segera mengerumuninya. Namun, pemimpin redaksi Jurnal Nasional, enggan untuk diwawancarai, dan segera meninggalkan 'Doekoen Coffee'.
Informasi yang diterima, pemukulan ini terjadi setelah Ramadhan Pohan memberikan klarifikasi terkait data yang dikeluarkan Aditjondro. Bahwa semua yang ditulis Aditjondro mengenai dirinya, dan Presiden SBY itu tidak benar.
Usai dipukul, Ramadhan Pohan sempat mengeluarkan pernyataan kepada Aditjondro. Namun, belum bisa diketahui apa yang dikatakannya itu.(*)
Posting Komentar
Disclaimer : Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi SUARAPUBLIC. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan