JAKARTA-Pemerintah yang diwakili Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) akan menandatangani setidaknya empat kontrak kerja sama (KKS) wilayah kerja minyak dan gas (migas) serta lima gas metana batubara (coal bed methane/CBM).
Penandatanganan yang dijadwalkan disaksikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Darwin Zahedy Saleh akan dilakukan di Jakarta, Senin siang, antara BP Migas dan para investor.
Kontrak yang diteken ini juga merupakan salah satu program kerja 100 hari pertama Departemen ESDM dalam Kabinet Indonesia Bersatu Kedua. Sebanyak empat blok migas tersebut terdiri dari satu blok yang ditawarkan melalui mekanisme tender reguler yakni Blok Sula I.
Blok yang masuk lelang putaran pertama 2009 dimenangkan PT Brilliance Energy. Selanjutnya, dua blok migas yang juga masuk lelang putaran pertama 2009, namun ditawarkan melalui mekanisme penawaran langsung.
Kedua blok tersebut adalah Blora oleh PT Sele Raya dan North Makasar Strait oleh Konsorsium PT Baruna Nusantara Energy-Niko Resources Ltd.
Pemerintah juga menandatangani satu KKS produksi yang ditawarkan melalui penawaran langsung yakni Blok Langgak dengan PT Sarana Pembangunan Riau-Kingswood Capital Ltd.
Sedang, penandatanganan CBM meliputi Blok Barito dengan Konsorsium PT Trans Asia Resources-PT Jindal Stainless Indonesia, Rengat dengan Indon CBM Ltd, dan Sanga-Sanga dengan Konsorsium Vico Co LLC, BP East Kalimantan Ltd-Lasmo Sanga-Sanga Ltd-Opic Oil Houston Inc-Virginia Inter Co LLC-Universe Gas and Oil Co Inc.
Juga akan ditandatangani dua blok CBM yang berlokasi di wilayah tambang batubara dan migas yakni Blok Muara Enim dan Batang Asin. Sebelumnya, lelang blok migas putaran pertama tahun 2009 baik melalui tender reguler maupun penawaran langsung tidak menunjukkan hasil menggembirakan.
Blok Sula I merupakan satu-satunya wilayah kerja yang dimenangkan investor dari 17 yang ditawarkan dalam tender reguler. Sedang, dua blok yakni Blora dan North Makasar Strait adalah dua dari enam yang ditawarkan melalui mekanisme penawaran langsung.
Dirjen Migas Departemen ESDM Evita Legowo mengakui hasil yang kurang menggembirakan tersebut. "Kondisi ini memang meyedihkan sekali. Kami akan mengevaluasi diri sendiri," katanya.
Menurut dia, penyebab tidak lakunya blok migas tersebut antara lain dikarenakan krisis perekonomian global, rencana pembatasan pengembalian biaya operasi (cost recovery), dan UU tentang lingkungan hidup.
Tidak lakunya blok-blok migas tersebut akan mengancam pencapaian produksi migas yang akan menurun di masa-masa mendatang. Evita berjanji, pemerintah akan melakukan terobosan guna lebih menarik investor.
Di antaranya, bagi penawaran langsung blok di Indonesia bagian timur, pemerintah akan memberikan kesempatan investor melakukan pengeboran terlebih dahulu.
Investor tersebut selanjutnya akan mendapat hak pertama kali menawar atau "first right refusal." Pemerintah juga akan membuat jadwal tender secara tetap yakni bulan Maret dan September setiap tahunnya.
Posting Komentar
Disclaimer : Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi SUARAPUBLIC. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan